Pada tahun 2006 lalu, dari Mountain
View, California, satu berita besar tersebar ke seluruh dunia. Semua rumor dan
dugaan yang beredar selama ini akhirnya terjawab. Hampir semua media massa di
seluruh dunia meliput berita ini. Hari itu, Google Inc., perusahaan search
engine terbesar di dunia, mengumumkan bahwa mereka telah setuju mengakuisisi
YouTube, sebuah perusahaan penyedia layanan jasa bagi orang-orang yang ingin
melihat dan berbagi video mereka melalui internet. Harga yang ditawarkan tidak
main-main, mencapai 15,67 triliun rupiah dalam bentuk transaksi saham.
Youtube saat ini memang telah menjadi salah satu ikon dunia
internet, padahal YouTube baru dikembangkan dua puluh satu bulan sebelum dibeli
oleh google, sebuah periode waktu yang sangat singkat. Hal inilah yang membuat
penulis buku ini, Yudhi Herwibowo, mengangkat kisah sukses YouTube kedalam
sebuah buku. Bagi Yudhi, sistem YouTube sampai sekarang masih membuatnya tak
percaya. Walalupun ide situs video sharing bukanlah ide yang pertama, kemasan
YouTube terasa begitu sempurna. Kesederhanaan ditunjang dengan teknologi paling
mutakhir di belakangnya, menjadi kombinasi yang sangat unik, karena selama ini
yang kita tahu, teknologi mutakhir selalu diikuti dengan kerumitannya.
Youtube didaftarkan pertama kali dengan nama domain
YouTube.com pada 15 Februari 2005. Situsnya sendiri baru mulai dibangun
beberapa bulan kemudian. Sebagai tempat sementara, dipilih garasi di Menlo Park
milik satu di antara ketiga pemuda itu. Garasi tersebut sangat sederhana dan tidak
dapat dikatakan besar, tetapi dapat menampung beberapa komputer sekaligus. Tiga
bulan kemudian, tepatnya Mei 2005, YouTube akhirnya di-launching ke publik.
Awalnya hanya sekedar situs preview-nya saja. Enam bulan kemudian, barulah
YouTube memulai debut resminya.
Garasi tampaknya menjadi tempat yang mengawali semua
kesuksesan itu, seperti ketika Apple didirikan, begitu juga dengan Microsoft,
eBay, dan Hewlet Packard. Saat itu, satu media ternama di Amerika Serikat
menyebut langkah memulain usaha dari garasi sebagai langkah-langkah malaikat
karena sangat sederhana, sekaligus sangat dekat dengan aroma kesuksesan.
Dalam waktu relatif singkat, YouTube tumbuh semakin besar
dan besar. Situs tersebut memperoleh gelombang publikasi awal ketika
menampilkan video singkat berjudul Lazy Sunday yang diambil dari acara populer
Saturday Night Live. Namun, ini hanyalah awal kepopuleran yang lebih besar.
Perusahaan ini mengalami pertumbuhan publikasi yang sangat baik, terutama
melalui pembicaraan-pembicaraan online di dunia maya.
Dalam buku yang diberi judul YouTube A Success Story ini,
profil tiga anak muda dibalik kesuksesan YouTube ditampilkan juga oleh Yudhi.
Mereka adalah Chad Hurley, Steve Chan, dan Jawed Karim. Chad Hurley lahir pada
1977 dan tumbuh di Pennsylvania Selatan, tepatnya di Birdsboro. Dia putra
pasangan Donald, seorang konsultan keuangan, dan JoAnn, seorang guru. Chad
memiliki kecenderungan dalam bidang seni. Ia juga menyukai bisnis dan
teknologi. Tanpa sadar, ia sudah kerap menggabungkan minat-minatnya tersebut.
Saat duduk di kelas 9, ia membuat amplifier yang memenangkan juara ketiga
Kompetisi Elektronik Nasional. Pada 1999, Chad menyelesaikan kuliahnya di
Indiana University of Pennsylvania. Awalnya, ia mengambil jurusan ilmu
komputer, tetapi kemudian dia memutuskan beralih ke jurusan desain grafis dan
percetakan.
Steve Shih Chen lahir pada Agustus 1978 di Taiwan. Ia
tinggal di Taipei sampai usia delapan tahun. Keluarganya kemudian berimigrasi
ke Amerika Serikat. Ia mendaftar di John Hersey High School serta Illionis Math
and Science Academy. Steve kemudian kuliah di University of Illionis di
Urbana-Champaign. Ia adalah satu di antara karyawan-karyawan awal PayPal.
Tempat ia bertemu Chad Hurley dan Jawed Karim.
Jawed Karim dilahirkan di Merseburg, Jerman Timur, 1979.
Ayahnya, Naimul Karim, adalah periset berkebangsaan Bangladesh pada perusahaan
3M. Ibunya, Christine Karim, adalah profesor asisten penelitian biokimia di
University of Minnesota. Karim menghabiskan masa kanak-kanaknya di Jerman.
Namun, pada 1992, keluarganya pindah ke Amerika Serikat. Ia lulus dari Central
High School (Saint Paul, Minnesota) dan mendaftar di University of Illinois di
Urbana-champaign.
Ketiga anak muda tadi bertemu saat masih menjadi karyawan di
PayPal. Pertemuan ketiganya terjadi ketika mereka frustasi saat berusaha
mengirim e-mail yang berisi klip video. Mereka kemudian menyempurnakan
infrastruktur platform video sharing mereka selama beberapa jam. Dari sini,
guratan takdir menuju keberuntungan dimulai. Sesuatu yang mereka rintis
tampaknya mulai membuahkan hasil-hasil yang sangat luar biasa.
Profil yang lebih lengkap dari ketiganya bisa dibaca lebih
jauh dalam buku yang diterbitkan oleh penerbit Mizan setebal 162 halaman ini.
Begitu juga dengan liku-liku perjalanan YouTube, konsep YouTube sehingga bisa
menghasilkan begitu banyak keuntungan, sampai permasalahan-permasalahan yang
dihadapi oleh YouTube berkaitan dengan hak cipta.
Dibandingkan dengan buku lain yang sejenis, seperti misalnya
buku Kisah Sukses Google yang ditulis oleh David A. Vise, buku ini memang masih
kurang greget dalam membedah kisah kesuksesan YouTube. Yudhi belum menyelami
lebih dalam bagaimana budaya kerja di YouTube, bagaimana nilai-nilai yang
dianut oleh ketiga pendirinya sehingga bisa mengembangkan sebuah perusahaan
internet yang berskala global dan bisa bertahan hingga saat ini. Yudhi
tampaknya hanya mengambil data-data yang tersedia di internet tanpa melakukan
wawancara lebih lanjut dengan orang-orang yang terlibat di balik kesuksesan
YouTube. Tapi kekurangan ini tentu saja bisa kita maklumi, sebab David A. Vise,
sang penulis kisah sukses Google, adalah orang Amerika yang mempunyai akses
untuk mewancarai tokoh-tokoh Google dan orang-orang disekitarnya.
Terlepas dari kekurangan tersebut, buku ini cukup layak
dibaca oleh Anda yang ingin mengetahui bagaimana sebuah perusahaan internet
dibangun dan dikembangkan untuk kemudian menghasilkan keuntungan yang
mencengangkan. Selain itu, dibahas juga bagaimana mengunduh video YouTube tanpa
menggunakan plugin dan software tambahan pada browser Firefox dan Opera.
Hotmail Founder
Penemu HOTMAIL bukanlah warga Amerika sebagaimana
diperkirakan oleh kebanyakan orang, tetapi adalah seorang muslim berkebangsaan
India. HOTMAIL adalah jenis email yang paling sering digunakan di seluruh
dunia, merupakan bahagian dari lingkuangan operasi Microsoft Windows, yaitu
sebuah perusahaan milik Amerika Serikat.
Latar belakang HOTMAIL meninggalkan kisah sukses pribadi
yang pantas disebut sebut, terutama seperti yang muncul pada nama penemunya
sendiri yang menunjukkan ia adalah seorang muslim, yaitu Sabeer Bhatia
Pada tahun 1988, Sabeer Bhatia datang ke Amerika untuk
belajar di Universitas Stanford, kemudian dapat menyelesaikan studi dengan
hasil yang memungkinkannya untuk bekerja di sebuah perusahaan internet.
Disanalah ia bertemu dengan seorang pemuda lulusan universitas yang sama ; Jack
Smith.
Hampir setiap perjuampaan mereka penuh dengan diskusi
diskusi, tetapi yang sering dibahas mereka adalah cara mengejar ketinggalan
dengan internet dalam mendirikan sebuah perusahaan. Oleh karena itu diskusi
diskusi mereka selalu berkisar seputar perusahaan tempat mereka bekerja. Ketika
disarankan oleh Akchwhma Riishma agar menggunakan semacam layanan perusahaan
untuk meneruskan diskusi diskusi mereka. Sabeer Bhatia lansung berfikir untuk
merancang sebuah program yang kemudian diberikan alamat pribadi kepada setiap
orang.
Demikianlah pekerjaan rahasia antara mereka dalam penemuan
HOTMAIL. Pada tahun 1996, surat yang ditujukan kepada publik telah cepat
menyebar sehingga dapat diterima oleh banyak kalangan pengguna internet. Hal
ini disebabkan oleh keunggulan Sabeer Bhatia dalam menyediakan empat fitur yang
tidak dapat disaingi. Yaitu setiap email yang dimiliki oleh pengguna adalah
gratis, rahasia, pribadi dan dapat digunakan dimana saja di dunia.
Ketika jumlah peserta mencapai sepuluh juta lebih, Bill
Gates, Chairman of Microsoft dan orang terkaya di dunia menjadi tergiur untuk
membeli HOTMAIL, dan melekatkannya pada lingkungan Windows 97 dengan tawaran
sebanyak $ 50 juta dolar. Tetapi Sabeer Bhatia mengetahui pentingnya program
tersebut dan layanan yang dimiliki sehingga ia menawarkan dengan harga $ 500
juta dolar. Setelah negosiasi yang melelahkan di tahun 98 Sabeer Bhatia setuju
untuk menjual program tersebut seharga $ 400 juta dolar dengan kondisi ia
ditunjuk sebagai ahli dalam Microsoft.
Hari ini pengguna HOTMAIL telah mencapai 90 juta orang dan
hampir setiap harinya diseluruh dunia sekitar 3000 orang menjadi pengguna.
Sabeer Bhatia tidak pernah berhenti bekerja sebagai seorang programmer bahkan
ia telah menciptakan sebuah program lainnya yang dikenal saat ini dengan nama
Arzoo yang memberi layanan travel portal terkenal. Ia telah menjadi begitu kaya
dan sangat terkenal semenjak perjumpaannya dengan mantan presiden Amerika
Serikat Bill Clinton, Chirac dan perdana menteri India Atal Behari Vajpani.
Hal yang sangat mengesankan dari kepribadian Sabeer Bhatia,
ia telah membawa keberuntungan bagi lembaga lainnya. Hingga ia telah mendirikan
sejumlah lembaga, rumah sakit, perbaikan mesjid mesjid, bantuan kepada para
siswa untuk menyelesaikan pendidikan, bahkan pernah disebutkan bahawa kekayaan
Sabeer menurun pesat hingga $ 100 juta dolar.
Namun sangat disayangkan sekali karena masing-masing produk
tekah dibeli oleh perusahaan-perusahaan milik orang-orang orientalis. Youtube
dibeli oleh Google, sedangkan Hotmail dibeli oleh Microsoft.
source Plagiarist_punya-magna