Mekah, 1400 tahun yang lalu, di suatu malam
yang cerah berkumpullah tokoh-tokoh Quraisy seperti Abu Jahal, Walid bin
Mughirah dan Al ‘Ash bin Qail untuk membahas datangnya agama baru yang mengusik
eksistensi keyakinan-keyakinan lama bangsa Arab yang paganistik. Pertemuan itu
menghadirkan sang pembuat onar: Rasulullah Muhammad SAW.
Singkatnya setelah pertemuan yang
bertele-tele dan melelahkan akhirnya pertemuan menyepakati satu HAL. Yaitu agar
Muhammad SAW MEMBUKTIKAN bahwa dia benar-benar utusan Tuhan dengan sodoran ide
gila yang tidak masuk akal. “Seandainya kamu benar-benar seorang Rasul, maka
belahlah bulan yang di atas kita itu menjadi dua,” ujar Abu Jahal.
Rasulullah SAW menjawab, “Jika aku
benar-benar utusan Tuhan, apakah kalian akan masuk Islam jika aku sanggup
melakukannya?” Tanpa pikir panjang, mereka yang yakin bahwa Muhammad tidak
mampu melakukan pembuktian yang ganjil itu sontak mengatakan, “Ya.”
Singkatnya, Rasulullah SAW berdoa
kepada Allah diperkenankan untuk membuktikan kepada umat yang belum yakin
terhadap kerasulannya itu agar bulan terbelah menjadi dua. Setelah berdoa,
Rasulullah SAW pun mendapat petunjuk untuk mengangkat jarinya ke atas seakan
memberi isyarat kepada tokoh-tokoh Qurais tersebut.
Apa yang terjadi kemudian di luar nalar:
Tiba-tiba, bulanpun terbelah menjadi dua!.. Selanjutnya sambil menyebut nama
setiap tokoh yang hadir, Rasulullah SAW berkata, “Hai ……, bersaksilah kamu. Hai
….., bersaksilah kamu.” Jauhnya jarak belahan bulan itu sangat nyata sehingga
gunung Hira nampak berada diantara keduanya.
Maka serta-merta orang-orang musyrik pun
berujar, “Muhammad, engkau benar-benar telah menyihir kami!”.
Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir,
memang benar bisa saja “menyihir” orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak
bisa menyihir orang yang tidak ada ditempat itu. Mereka lantas menunggu-nunggu
orang-orang yang akan pulang dari perjalanan. Orang-orang Quraisy pun bergegas
menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang yang baru pulang dari perjalanan.
Dan ketika datang rombongan yang pertama kali dari perjalanan menuju Mekkah,
maka orang-orang musyrik pun bertanya, “Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh
dengan bulan?”. Mereka menjawab, “Ya,
benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua dan
saling menjauh masing-masingnya kemudian bersatu kembali…!!!”.
Maka sebagian mereka pun beriman, dan
sebagian lainnya lagi tetap kafir (ingkar). Oleh karena itu, Allah menurunkan
ayat-Nya: “Sungguh, telah dekat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan
ketika melihat tanda-tanda kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling
seraya berkata, “Ini adalah sihir yang terus-menerus”, dan mereka
mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan
benar-benar telah tetap …..” sampai akhir surat Al-Qamar.
Tentang ayat ini, beberapa waktu lalu,
dipresentasikan di Univ. Cardif, Inggris bagian barat, dan para peserta yang
hadirbermacam-macam, ada yang muslim dan ada juga yang bukan muslim. Salah satu
tema diskusi waktu itu adalah seputar mukjizat ilmiah dari Al-Qur’an.
Salah seorang pemuda yang beragama muslim pun
berdiri dan bertanya, “Wahai Tuan, apakah menurut anda ayat yang berbunyi
“Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah” mengandung mukjizat
secara ilmiah ? Maka saya menjawabnya: “Tidak, sebab kehebatan ilmiah dapat
diterangkan oleh ilmu pengetahuan, sedangkan mukjizat tidak bisa diterangkan
oleh ilmu pengetahuan, sebab ia tidak bisa menjangkaunya. Dan tentang
terbelahnya bulan, maka itu adalah mukjizat yang terjadi pada Rasul terakhir
Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam sebagai pembenaran atas kenabian dan
kerasulannya, sebagaimana nabi-nabi sebelumnya.
Dan mukjizat yang kelihatan, maka itu
disaksikan dan dibenarkan oleh setiap orang yang melihatnya. Andai hal itu tidak
termaktub di dalam kitab Allah dan hadits-hadits Rasulullah SAW, maka tentulah
kami para muslimin di zaman ini tidak akan mengimani hal itu. Akan tetapi hal
itu memang benar termaktub di dalam Al-Qur’an dan sunnah-sunnah Rasulullah
shallallahu alaihi wassalam. Dan memang Allah ta’alaa benar-benar Maha berkuasa
atas segala sesuatu”.
Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar pun mengutip
tentang kisah Rasulullah SAW membelah bulan, seperti kisah yang terdapat di
awal. Kisah itu adalah di masa sebelum hijrah dari Mekah Al-Mukarramah ke
Madinah.
“Ini adalah kisah nyata”, demikian kata Prof.
Dr. Zaghlul Al-Najar. Dan setelah selesainya Prof. Dr. Zaghlul menyampaikan
hadits nabi tersebut, berdirilah seorang muslim warga Inggris dan
memperkenalkan diri seraya berkata, “Aku Daud Musa Pitkhok, ketua Al-Hizb
Al-Islamy Inggris. Wahai tuan, bolehkah aku menambahkan?” Prof. Dr. Zaghlul
Al-Najar jawab:
“Dipersilahkan dengan senang hati.”
Daud Musa Pitkhok berkata, “Aku pernah
meneliti agama-agama (sebelum menjadi muslim), maka salah seorang mahasiswa
muslim menunjukiku sebuah terjemah makna-makna Al-Qur’an yang mulia. Maka, aku
pun berterima kasih
kepadanya dan aku membawa terjemah itu pulang
ke rumah. Dan ketika aku membuka-buka terjemahan Al-Qur’an itu di rumah, maka
surat yang pertama aku buka ternyata Al-Qamar. Dan aku pun membacanya: “Telah
dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah…….” Maka aku pun bergumam:
Apakah kalimat ini masuk akal?? Apakah
mungkin bulan bisa
terbelah kemudian bersatu kembali?? Andai benar, kekuatan macam apa yang bisa
melakukan hal itu??? Maka, aku pun menghentikan dari membaca ayat-ayat
selanjutnya dan aku menyibukkan diri dengan urusan kehidupan sehari-hari. Akan
tetapi Allah-lah Yang Maha Tahu tentang tingkat keikhlasan hamba-Nya dalam pencarian
kebenaran.
Maka aku pun suatu hari duduk di depan
televisi Inggris. Saat itu ada sebuah diskusi hangat antara presenter seorang
Inggris dan 3 orang pakar ruang angkasa AS. Ketiga pakar antariksa tersebut pun
menceritakan tentang dana yang begitu besar dalam rangka melakukan perjalanan
ke antariksa. Dan diantara diskusi tersebut adalah tentang turunnya astronot
menjejakkan kakiknya di bulan, dimana perjalanan antariksa ke bulan tersebut
telah menghabiskan dana tidak kurang dari 100 juta dollar. Mendengar hal itu,
presenter terperangah kaget dan berkata, “Kebodohan macam apalagi ini, dana
begitu besar dibuang oleh AS hanya untuk bisa mendarat di bulan?” Mereka pun
menjawab, “Tidak, ..!!! Tujuannya tidak semata menancapkan ilmu pengetahuan AS
di bulan, akan tetapi kami mempelajari kandungan yang ada di dalam bulan itu
sendiri,
maka kami pun telah mendapat hakikat tentang
bulan itu, yang jika kita berikan dana lebih dari 100 juta dollar untuk
kesenangan manusia, maka kami tidak akan memberikan dana itu kepada siapapun.
Maka presenter itu pun bertanya, “Hakikat apa yang kalian telah capai sehingga
demikian mahal taruhannya?” Mereka menjawab, “Ternyata bulan pernah mengalami
pembelahan di suatu hari dahulu kala, kemudian menyatu kembali.!!!” Presenter
pun bertanya, “Bagaimana kalian bisa yakin akan hal itu?” Mereka menjawab,
“Kami mendapati secara pasti dari batuan-batuan yang terpisah terpotong di
permukaan bulan sampai di dalam (perut) bulan. Maka kami pun meminta para pakar
geologi untuk menelitinya, dan mereka mengatakan, “Hal ini tidak mungkin telah
terjadi kecuali jika memang bulan pernah terbelah lalu
bersatu kembali”. Mendengar paparan itu, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris
mengatakan, “Maka aku pun turun dari kursi dan berkata, “Mukjizat (kehebatan)
benar-benar telah terjadi pada diri Muhammad sallallahu alaihi wassallam
1400-an tahun yang lalu. Allah benar-benar telah mengolok-olok AS untuk
mengeluarkan dana yang begitu besar, 100 juta dollar lebih, hanya untuk
menetapkan akan kebenaran muslimin !!!!””.
Maka, agama Islam ini tidak mungkin salah …
(aku pun bergumam), “Maka, aku pun membuka kembali Mushhaf Al-Qur’an dan aku
baca surat Al-Qamar, dan … saat itu adalah awal aku menerima dan masuk Islam.
Diterjemahkan oleh: Abu Muhammad ibn Shadiq
sumber dan
beberapa sumber lainnya