Fakta fenomenal saat
ini yang menggambarkan arogansi, kecongkakan dan penindasan Yahudi terhadap
kaum muslimin adalah hikmah yang harus diambil dari Firman-Nya:
Dan telah Kami
tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan
membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan
diri dengan kesombongan yang besar." (QS.17:4).
Dalam tafsir
Jalalayn dijelaskan bahwa maksud fil ardhi dalam ayat itu adalah bumi Syam yang
meliputi Suriah, Palestina, Libanon, Yordan dan sekitarnya.
Pembunuhan bukan hal
asing dalam sejarah Yahudi. Bahkan nabi-nabi mereka, seperti Nabi Zakariya dan
Nabi Yahya pun dibunuh. Mereka juga mengira telah berhasil membunuh Nabi Isa
dan bangga atas usahanya.
Tapi Al-Quran
membantahnya (QS.4:157). Inilah di antara makna bahwa yang paling keras
permusuhannya terhadap kaum beriman ialah orang Yahudi dan musyrik (QS. 5:82).
Penolakan janji
Allah (QS. 5:21-22) yang memastikan kemenangan jika mau berperang bersama Nabi
Musa, membuktikan sebenarnya Yahudi adalah bangsa penakut, pesimis, tamak
terhadap dunia dan lebih memilih hidup hina daripada mati mulia. Bahkan QS.
5:24 menggambarkan bahwa mereka tidak butuh tanah yang dijanjikan dan tidak
ingin merdeka selama masih ada sekelompok orang kuat yang tinggal di sana. Lalu
mereka meminta Nabi Musa dan Tuhannya berperang sendiri.
Oleh karena itu
Al-Quran menggambarkan bahwa kerasnya batu tidak bisa mengimbangi kerasnya hati
kaum Yahudi. Sebab masih ada batu yang terbelah lalu keluar mata air darinya
dan ada juga yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah (QS. 2:74). Keras
hati kaum Yahudi ini di antaranya disebabkan hobi mereka mendengarkan berita
dusta dan makan dari usaha yang diharamkan (QS. 5:24).
Dua Belas Kejahatan
Yahudi
Dalam buku Qabaih al-Yahud dijelas 12 kejahatan Yahudi
yang termaktub dalam Al-Quran. Kejahatan itu adalah sebagai berikut:
- Menuduh Nabi Musa punya penyakit kusta
karena tidak mau mandi bersama mereka. (QS. Al Ahzab 33:69)
- Enggan melaksanakan Taurat, sehingga
Allah mengangkat gunung Tursina untuk mengambil perjanjian yang teguh.
(QS.Al-Baqarah 2:93)
- Tidak mau beriman kecuali jika melihat
Allah langsung. (QS. Al-Baqarah 2:55 dan An-Nisa 4:153)
- Merubah perintah agar masuk negeri yang
dijanjikan seraya bersujud dan mengucapkan hithah, yakni memohon ampunan.
Tapi mereka mengganti perintah itu dengan cara melata di atas anusnya dan
mengatakan hinthah, yakni sebutir biji di rambut. (QS. Al-Baqarah 2:58-59
- Menuduh Nabi Musa mengolok-olok mereka
saat mereka disuruh menyembelih sapi betina. (QS. Al-Baqarah 2:67)
- Menulis Alkitab dengan tangan mereka,
lalu mengatakan ini dari Allah. (QS.Al-Baqarah 2:79)
- Memutar-mutar lidahnya untuk menyakinkan
bahwa yang dibacanya itu adalah wahyu yang asli. (QS. Ali Imran 3:78)
- Merubah Firman Allah. (QS.Al-Baqarah
2:75)
- Menyembah patung sapi saat ditinggal
Nabi Musa mengambil Taurat. (QS.Al-Baqarah 2: 51 dan 92)
- Mengatakan Tangan Allah terbelenggu.
(QS.Al-Ma'idah 5:64)
- Menuduh Allah itu faqir. (QS. Ali Imran
3:181)
- Menyuruh Nabi Musa dan Tuhannya
berperang untuk mereka (QS.5 Al-Ma'idah :24)
Di samping itu,
sosok nabi yang seharusnya dijadikan suri tauladan, justru dinistakan. Nabi
Ibrahim dalam Kejadian pasal 12:10-16 dan 20:1-14, dikisahkan sebagai orang
yang hina, menjijikkan dan rakus harta benda. Beliau dituduh menjual isterinya
yang cantik demi meraih keuntungan. Kitab suci mereka tidak pernah menceritakan
beliau sebagai Nabi pemberani yang menghancurkan patung meskipun harus
dilemparkan kedalam api, menyeru ayah dan kaumnya meninggalkan kemusyrikan.
Kisah memilukan juga menimpa Nabi Luth. Dalam Kejadian Pasal 19:30-38, beliau
dikisahkan menzinahi kedua putrinya dalam keadaan mabuk.
Islam adalah musuh
permanen bagi Yahudi dan Nasrani. Sebab Islam adalah satu-satunya agama yang
kitab sucinya mengoreksi langsung kesalahan dua agama itu. Ibarat seorang adik,
ia berani membongkar kejahatan kedua kakaknya. Oleh sebab itu, kedengkian mereka
tidak akan padam dan masih eksis dalam kajian-kajian mereka.
Contoh kedengkian
intelektual ini seperti klaim bahwa Al-Quran banyak dipengaruhi kosa kata
Ibrani, seperti diungkapkan Adnin Armas dalam bukunya Metodologi Bibel dalam
Studi Al-Quran. Klaim ini dicetuskan oleh Abraham Geiger (1810-1874), seorang
rabi dan pendiri Yahudi Liberal di Jerman dalam karyanya, Apa yang telah
Muhammad pinjam dari Yahudi?
Jauh sebelumnya,
Imam Syafi'i telah menolak tudingan semisal itu dan menguatkan bahwa Al-Quran
diturunkan dalam bahasa Arab. Sebab semua lafadz dalam Al-Quran mustahil tidak
dipahami oleh semua orang Arab, meskipun sebagian lafadz itu ada yang tidak
dimengerti oleh sebagian orang Arab. Hal ini mengingat luasnya samudera bahasa
Arab, bukan karena kata itu tidak berasal dari bahasa Arab. Karena kata-kata
yang dituduhkan asing itu telah menjadi bahasa Arab, dikenal dan telah
digunakan oleh masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran.
Anehnya, virus
Geiger kini berkembang subur di sebagian umat. Pengacauan studi Islam dan
maraknya franchise-franchise hermeneutika untuk menafsirkan Al-Quran di
sebagian institusi pendidikan tinggi Islam sangat potensial melemahkan akidah
dan ukhuwah. Fenomena ini perlu dipertimbangkan para tokoh umat di samping
fatwa tentang pemboikotan produk Israel dan Amerika.
src
punya-magna