Cerita berikut ini adalah untuk kita teladani. Dikutip dari
Buku "30 Kisah Teladan" karya KH.
Abdurrahman Arroisi. Semoga bermanfaat!
Di muka surga kelak menurut Nabi SAW akan ada empat manusia yang hendak masuk
surga lebih dahulu. Dasar manusia, mereka saling berebut siapa yang mula-mula
berhak masuk surga pertama kali. Karena Malaikat Ridlwan tidak dapat mengambil
keputusan, turunlah Malaikat Jibril yang ditugaskan menjadi hakim. Keempat
manusia itu adalah pahlawan, orang kaya yang dermawan, haji mabrur, dan orang
alim yang soleh.
Salah satu mereka dipanggil ke muka dan ditanya, "Dengan sebab apa engkau
beruntung akan masuk surga tanpa disiksa?" Orang itu menjawab, "Saya
seorang pahlawan yang mati syahid di medan perang karena membela agama."
Jibril berkata, "Darimana kau tahu bahwa pahlawan yang mati syahid bakal
masuk surga tanpa dihisab?" Pahlawan menjawab, "Dari orang
alim." "Kalau begitu, jagalah akhlak yang baik. Biarkan orang alim
masuk surga lebih dulu." Ucap Malaikat Jibril. Pahlawan itu pun menunduk
menyadari ketidaksopanannya.
Lalu dipanggil pula haji mabrur, yang ikhlas dan tidak cacat dalam melaksanakan
ibadahnya. Ia ditanya oleh Jibril, "Siapa Engkau? Dan apa amal baikmu di
dunia hingga mau masuk surga lebih dulu?" Haji itu berkata, "Saya
seorang haji yang mabrur. Sesuai dengan janji Rasulullah, tidak ada balasan yang
setimpal bagi saya kecuali surga."
"Betul, begitulah janji Nabi sejalan dengan wahyu Allah. Tetapi , dari
mana engkau tahu bahwa Rasulullah pernah berjanji begitu?"
"Dari guru saya, orang alim," sahut sang haji. "Dari orang alim
katamu? Mengapa engkau tidak menjaga adab, membiarkan orang alim masuk surga
dulu?" Haji itu pun mundur menginsyafi kekeliruannya.
Sesudah itu maju pula orang kaya yang dermawan, yang sebagian banyak hartanya
disedekahkan di jalan kebaikan. "Engkau ingin yang pertama masuk
surga?" tanya Jibril. "Benar. Saya mau masuk surga yang pertama kali
karena hal itu merupakan hak saya."
"Apa yang kamu lakukan di dunia ketika engkau masih hidup hingga punya
pendapat seperti itu?" tanya Jibril lagi. "Saya adalah seorang
hartawan. Kekayaan saya itu saya dapatkan dari jalan yang halal, saya peroleh
dengan kerja keras dan berhemat. Tetapi, sesudah terkumpul banyak, harta saya
tidak saya pergunakan untuk foya-foya di tempat maksiat, dan tidak juga hanya
saya belanjakan untuk diri sendiri serta keluarga saya, tetapi sebagian besar
saya belanjakan untuk menolong masyarakat, untuk menunjang kebaikan dan
berjuang di jalan Allah."
"Dari siapa engkau tahu bahwa semua yang engkau lakukaan itu akan diganjar
dengan masuk surga tanpa diperiksa?" tanya Jibril bertanya cermat.
"Dari orang alim, guru saya." Jawab si hartawan.
"Dari orang alim?"
"Betul."
"Jadi, kenapa orang alim yang sudah mengajarkanmu dengan kebaikan dan
kebenaran tidak kau biarkan masuk surga lebih dahulu sebagai tanda terima
kasihmu kepadanya?"
"Maaf, saya tadi khilaf. Sekarang saya sadar. Saya rela masuk surga paling
belakang. Biarlah yang alim itu yang pertama masuk surga."
"Nah, begitulah sepatutnya," ujar Malaikat Jibril.
Maka orang kaya itu segera mundur dan orang alim dipersilakan masuk surga lebih
dahulu. Namun dasar orang alim yang soleh, ia tetap setia kepada ilmu yang
didalaminya, yaitu harus mengalah dan berrendah hati. Dengan segala keilkhlasan
orang alim itu berkata, "Maaf, Tuan-tuan. Maaf para Malaikat yang
bijaksana. Sebagai orang alim saya tidak akan dapat belajar dan mengajar dengan
tenang apabila tidak ada pahlawan yang rela mati syahid. Saya tidak akan
memperoleh pahala yang terus menerus jika murid saya yang haji ini tidak
mengamalkan ilmu saya secara benar. Dan saya, orang alim, dan dia pahlaawan,
serta dia, haji mabrur, tidak akan dapat memperoleh keleluasaan beribadah serta
mengajarkan ilmu saya apabila tidak ada kedermawanan orang kaya yang mau
membiayai tentara berangkat perang, yang mau menyediakan kelapangan bagi
perjalanan haji, yang mau membangun madrasah, tempat-tempat pengajian agama,
penyantunan anak-anak yaatim, serta maacam-macam kebaikan lainnyaa. semua itu
mustahil terwujud apabila tidak ada orang kaya yang dermawan. Karena itu,
biarlah orang kaya ini yang masuk surga lebih dahulu, disusul oleh pahlawan,
kemudian haji mabrur, dan izinkanlah saya masuk surga paling penghabisan."
Akhirnya diputuskan oleh Malaikat Jibril sebagaimana yang diusulkan oleh orang
alim itu, yakni hartawan yang dermawan itulah yang masuk surga paling depan.
src punya-magna_ariswahyu37