Segala puji bagi Allah, Dzat yang Maha Rahman dan Rahim,
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sholawat serta salam kita haturkan
kepada Rosulullah Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam, keluarga, para
shahabat dan orang-orang yang setia mengikuti sunnah beliau hingga akhir
hayatnya.
Wa ba’du
Meninggalkan dunia yang fana ini dalam keadaan husnul
khatimah merupakan dambaan setiap insan yang beriman, karena hal itu sebagai
bisyarah, kabar gembira dengan kebaikan untuknya. Al-Imam Al-Albani
rahimahullahu menyebutkan beberapa tanda husnul khatimah dalam kitabnya yang
sangat bernilai Ahkamul Jana`iz wa Bida’uha. Berikut ini kami nukilkan secara
ringkas untuk pembaca yang mulia, disertai harapan dan doa kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala agar kita termasuk orang-orang yang mendapatkan husnul
khatimah dengan keutamaan dan kemurahan dari-Nya. Amin!
Pertama: Mengucapkan syahadat ketika hendak meninggal.
Dengan dalil hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia menyampaikan dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Siapa yang akhir ucapannya adalah kalimat ‘La ilaaha illallah’ ia akan
masuk surga.” (HR. Al-Hakim dan selainnya dengan sanad yang hasan [1])
Kedua: Meninggal dengan keringat di dahi.
Buraidah ibnul Hushaib radhiyallahu ‘anhu ketika berada di Khurasan
menjenguk saudaranya yang sedang sakit. Didapatkannya saudaranya ini menjelang
ajalnya dalam keadaan berkeringat di dahinya. Ia pun berkata, “Allahu Akbar!
Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Meninggalnya seorang mukmin dengan keringat di dahi.” (HR. Ahmad,
An-Nasai, dll. Sanad An-Nasai shahih di atas syarat Al-Bukhari)
Ketiga: Meninggal pada malam atau siang hari Jum’at.
Dengan dalil hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, beliau menyebutkan sabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tidak ada seorang muslimpun yang meninggal pada hari Jum’at atau malam
Jum’at, kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur.” (HR. Ahmad,
At-Tirmidz)
Keempat: Syahid di medan perang.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: Dan janganlah kamu mengira bahwa
orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati bahkan mereka hidup di sisi Rabb
mereka dengan mendapatkan rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan
karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka dan mereka beriang hati terhadap
orang-orang yang masih tinggal di belakang mereka (yang masih berjihad di jalan
Allah) yang belum menyusul mereka. Ketahuilah tidak ada kekhawatiran atas
mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Mereka bergembira dengan nikmat dan
karunia yang besar dari Allah dan Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala
orang-orang yang beriman. (Ali Imran: 169-171)
Dalam hal ini ada beberapa hadits:
1. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bagi
orang syahid di sisi Allah ia beroleh enam perkara, yaitu diampuni dosanya pada
awal mengalirnya darahnya, diperlihatkan tempat duduknya di surga, dilindungi
dari adzab kubur, aman dari kengerian yang besar (hari kiamat), dipakaikan
perhiasan iman, dinikahkan dengan hurun ‘in (bidadari surga), dan diperkenankan
memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari kalangan kerabatnya.” (HR.
At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad dengan sanad yang shahih)
2. Salah seorang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengabarkan: Ada orang yang bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa kaum
mukminin mendapatkan fitnah (ditanya) dalam kubur mereka kecuali orang yang
mati syahid?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Cukuplah kilatan
pedang di atas kepalanya sebagai fitnah (ujian).” (HR. An-Nasa`i dengan
sanad yang shahih)
Kelima: Meninggal di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menyampaikan sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam: “Siapa yang terhitung syahid menurut anggapan
kalian?” Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, siapa yang terbunuh di jalan Allah
maka ia syahid.” Beliau menanggapi, “Kalau begitu, syuhada dari kalangan umatku
hanya sedikit.” “Bila demikian, siapakah mereka yang dikatakan mati syahid,
wahai Rasulullah?” tanya para sahabat. Beliau menjawab, “Siapa yang terbunuh di
jalan Allah maka ia syahid, siapa yang meninggal di jalan Allah maka ia syahid,
siapa yang meninggal karena penyakit tha’un maka ia syahid, siapa yang
meninggal karena penyakit perut maka ia syahid, dan siapa yang tenggelam ia
syahid.” (HR. Muslim)
Keenam: Meninggal karena penyakit tha’un.
Selain disebutkan dalam hadits di atas juga ada hadits dari Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Tha’un adalah syahadah bagi setiap muslim.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam tentang tha’un, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengabarkan kepadanya: “Tha’un itu adalah adzab yang Allah kirimkan
kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Maka Allah jadikan tha’un itu sebagai rahmat
bagi kaum mukminin. Siapa di antara hamba (muslim) yang terjadi wabah tha’un di
tempatnya berada lalu ia tetap tinggal di negerinya tersebut dalam keadaan
bersabar, dalam keadaan ia mengetahui tidak ada sesuatu yang menimpanya
melainkan karena Allah telah menetapkan baginya, maka orang seperti ini tidak
ada yang patut diterimanya kecuali mendapatkan semisal pahala syahid.” (HR.
Al-Bukhari)
Ketujuh: Meninggal karena penyakit perut, karena
tenggelam, dan tertimpa reruntuhan.
Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Syuhada
itu ada lima, yaitu orang yang meninggal karena penyakit tha’un, orang yang
meninggal karena penyakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang
meninggal karena tertimpa reruntuhan, dan orang yang gugur di jalan Allah.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Kedelapan: Meninggalnya seorang ibu dengan anak yang
masih dalam kandungannya.
Berdasarkan hadits Ubadah ibnush Shamit radhiyallahu ‘anhu. Ia mengabarkan
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan beberapa
syuhada dari umatnya di antaranya: “Wanita yang meninggal karena anaknya
yang masih dalam kandungannya adalah mati syahid, anaknya akan menariknya
dengan tali pusarnya ke surga.” (HR. Ahmad, Ad-Darimi, dan Ath-Thayalisi
dan sanadnya shahih)
Kesembilan: Meninggal dalam keadaan berjaga-jaga (ribath)
fi sabilillah.
Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu menyebutkan hadits Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Berjaga-jaga (di jalan Allah) sehari dan
semalam lebih baik daripada puasa sebulan dan shalat sebulan. Bila ia
meninggal, amalnya yang biasa ia lakukan ketika masih hidup terus dianggap
berlangsung dan diberikan rizkinya serta aman dari fitnah (pertanyaan kubur).”
(HR. Muslim)
Kesepuluh: Meninggal dalam keadaan beramal shalih.
Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu menyampaikan sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam: “Siapa yang mengucapkan La ilaaha illallah karena
mengharapkan wajah Allah yang ia menutup hidupnya dengan amal tersebut maka ia
masuk surga. Siapa yang berpuasa sehari karena mengharapkan wajah Allah yang ia
menutup hidupnya dengan amal tersebut maka ia masuk surga. Siapa yang
bersedekah dengan satu sedekah karena mengharapkan wajah Allah yang ia menutup
hidupnya dengan amal tersebut maka ia masuk surga.” (HR. Ahmad, sanadnya
shahih)
Kesebelas: Meninggal karena mempertahankan hartanya yang
ingin dirampas orang lain.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang
terbunuh karena mempertahankan hartanya maka ia syahid.” (HR. Al-Bukhari
dan Muslim dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma)
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Datang seseorang kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu
bila datang seseorang ingin mengambil hartaku?” Beliau menjawab, “Jangan engkau
berikan hartamu.” Ia bertanya lagi, “Apa pendapatmu jika orang itu
menyerangku?” “Engkau melawannya,” jawab beliau. “Apa pendapatmu bila ia
berhasil membunuhku?” tanya orang itu lagi. Beliau menjawab, “Kalau begitu
engkau syahid.” “Apa pendapatmu jika aku yang membunuhnya?” tanya orang
tersebut. “Ia di neraka,” jawab beliau. (HR. Muslim)
Keduabelas: Meninggal karena membela agama dan
mempertahankan jiwa/membela diri.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Siapa yang
meninggal karena mempertahankan hartanya maka ia syahid, siapa yang meninggal
karena membela keluarganya maka ia syahid, siapa yang meninggal karena membela
agamanya maka ia syahid, dan siapa yang meninggal karena mempertahankan
darahnya maka ia syahid.” (HR. Abu Dawud, An-Nasa`i, dan At Tirmidzi dari
Sa’id bin Zaid radhiyallahu ‘anhu dan sanadnya shahih)
Wallahu a’lam
bishshawab.
1. Penghukuman hadits ini dari Asy-Syaikh
Al-Albani rahimahullahu dalam kitab yang sama.
2. Satu pendapat menyebutkan bahwa tha’un
adalah luka-luka semacam bisul bernanah yang biasa muncul di siku, ketiak,
tangan, jari-jari dan seluruh tubuh, disertai dengan bengkak serta sakit yang
sangat. Luka-luka itu keluar disertai rasa panas dan menghitam daerah
sekitarnya, atau menghijau ataupun memerah dengan merah lembayung (ungu) yang
suram. Penyakit ini membuat jantung berdebar-debar dan memicu muntah. (Lihat
Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim, 14/425)
src punya-magna